Ngobrolin "Hwayi: A Monster Boy"

(Artikel ini sudah dipublikasikan pada 08/02/2022)

Bagaimana seorang anak baik bisa berubah menjadi monster?

*warning: mengandung bahasan ending/akhir cerita yang berpotensi jadi spoiler*


Hwayi, diperankan Yeo Jingoo, adalah anak yang pendiam. Suka menggambar hal-hal yang membuatnya tersenyum, seperti keramaian lapak seorang pedagang yang diserbu pembeli. Dia orang yang mengikuti aturan. Dia cepat belajar dan mengingat hal yang dia pelajari. Dia anak yang sangat pintar meski tidak bersekolah formal. Tetapi ada hal yang dia takuti, yaitu monster yang hanya bisa dilihat oleh Hwayi seorang.

Meskipun terdengar seperti anak yang tumbuh dengan baik, Hwayi tinggal bersama kelima pria yang merupakan kawanan pencuri. Mereka mengajari Hwayi keterampilan khusus yang mendukung kegiatan mencuri mereka, seperti menghindari kejaran mobil polisi hingga membunuh dengan senapan jarak jauh.

Hwayi menurut-nurut saja ketika disuruh membantu dalam menyempurnakan aksi pencurian "ayah-ayahnya". Namun ketika dia disuruh untuk menembak, ia melihat monster muncul di hadapannya. Karena itu lah, 'bapak' yang bernama Seoktae menyeretnya untuk membunuh seorang pria bernama Lim Hyungtaek. Hwayi yang tadinya ragu, pun menarik pelatuk dengan membabi-buta.

Saat ini lah keadaan mulai berbalik. Hwayi menemukan fakta bahwa Lim Hyungtaek dan istrinya adalah orang tuanya. Hwayi ketika masih kecil diculik oleh kawanan pencuri ini sebelum mereka besarkan seperti anak sendiri. Hwayi mulai membalas mereka, kawanan pencuri yang selalu ia panggil ayah sebelumnya, dengan taktik yang brilian menurutku. Tapi sampai di titik ini, aku masih merasa alur film sangat 'ngambang', tidak jelas apa maksud yang ingin disampaikan selain menunjukkan adegan aksi yang memang patut diacungi jempol.

Ketika mendekati akhir film, baru ada titik terang tentang orang tua Hwayi. Ibu kandungnya diperkosa oleh bapak Seoktae, lalu ia dinikahi oleh Lim Hyungtaek. Seoktae bilang, monster yang Hwayi lihat mungkin diturunkan olehnya. Ketika aku nonton, aku bingung, kok bisa monsternya nyamber ke Hwayi? Kan kamu bukan bapak kandungnya toh? Tetapi ketika di akhir film, Seoktae memeluk Hwayi, dan bersikap lembut padahal tadinya ia adalah ayah yang paling keras, aku jadi makin heran.

Aku pun mencoba mengecek Asianwiki untuk melihat kolom komentar. Aku kemudian terperanjat ketika melihat komentar bahwa Seoktae adalah bapak kandung Hwayi. Lalu aku mencari-cari pendapat lagi, dan ternyata di forum Korea Selatan pun, interpretasi yang satu ini sangat populer. Sebelum melihat pendapat itu, sejujurnya aku menganggap Lim Hyungtaek sebagai ayah kandung Hwayi, makanya Hwayi bersifat baik dan marah ketika mengetahui dia membunuh ayahnya sendiri. Tapi ketika aku runut lagi alurnya, kemungkinan Seoktae adalah bapak kandung Hwayi jauh lebih besar daripada Lim Hyungtaek. Aku pun baru sadar Hwayi memanggil Seoktae dengan sebutan 'bapak' (아보지), bukan 'ayah' (아빠) seperti panggilan untuk keempat pria pencuri lainnya. Alasan paling masuk akal yang dijelaskan di film adalah, Seoktae dan Hwayi sama-sama melihat monster yang hanya bisa mereka lihat.

Wah... aku pun merasa seperti ada yang meniup otakku. Ya, perasaan ketika mengetahui alasan dibalik suatu kejadian yang tidak terduga. "Karena itu film ini masuk banyak penghargaan," pikirku yang tadinya menganggap film ini aneh dan mempertanyakan selera orang-orang yang menyukai film ini. Hwayi yang tadinya anak baik benar-benar menjadi monster, persis seperti bapak kandungnya, Seoktae.

Walaupun Hwayi terlihat seperti orang jahat, aku percaya dia hanya begitu karena dipicu oleh kematian orang yang dia anggap orang tua kandungnya. Alasan dariku adalah karena dia masih mengingat janjinya dengan murid perempuan bernama Yookyung. Dia juga melakukan apa yang dia janjikan kepada ayah yang lain (aku lupa namanya). Di akhir adegan pun, dia berjalan membaur dengan kerumunan orang. Sama sekali tidak mirip dengan tabiat bapak kandungnya yang jahat, yang selalu kabur menghindari orang banyak sehabis mencuri.

Film ini sebenarnya banyak sekali adegan gore. Tidak ada sensor, langsung menunjukkan semua cairan merah seperti anak kecil yang menuang saus tomat KFC satu piring dengan terburu-buru. Tapi anehnya aku tidak begitu terganggu. Aku justru terganggu dengan sikap dan keberadaan Hwayi. Entah, karena penasaran kenapa dia bisa melihat monster? Karena iba dia dikelilingi orang-orang yang jahat? Karena berharap dia punya adegan yang lebih so sweet lagi bersama Yookyung? Entah lah, tapi seperti yang kubilang, karena banyak adegan gore, sebaiknya film ini tidak ditonton oleh anak di bawah umur dan mereka yang takut dengan adegan semacam itu.

Tapi jujur, aku jauh lebih kaget lagi ketika tahu usia Yeo Jingoo masih 16 tahun atau 17 di usia Korea ketika film ini dirilis. Pertama kali aku kepincut akting Yeo Jingoo adalah ketika aku melihat dia di drama "Orange Marmalade" (2015). Namun aku baru memperhatikan aktingnya dengan serius sejak "Circle: Two Worlds Connected" yang disiarkan tahun 2017. Sejak itu aku tidak pernah kehilangan ekspektasiku kepadanya. Semua yang dia bintangi pasti bagus. Aku kaget karena tidak tahu kalau dia sudah berakting sehebat ini sejak usia muda. Padahal genrenya sangat tidak mudah, lho. Tapi emosi yang ditunjukkan Yeo Jingoo benar-benar membuatku bersimpati dengan Hwayi meskipun aku tahu aku tidak boleh melakukannya.

Mungkin ini kali terakhir aku ngobrolin film. Aku akan membatasi diri nonton film, deh, karena durasinya terlalu panjang dan kadang tidak banyak hal yang bisa kupelajari dari situ. Setidaknya untuk saat ini. Kita lihat saja nanti. Semoga kalian tetap sehat, ya. Sampai jumpa!


You'll only receive email when they publish something new.

More from Kim Lobak
All posts