Masa Lalu adalah Ilusi

Ketika aku sedang menghapus seluruh kirimanku dari Facebook, aku juga melihat bagaimana diriku di masa lalu bertindak. Aku juga dapat melihat reaksi orang-orang yang dulu masih berinteraksi denganku di sana. Aku memperhatikan beberapa hingga aku sampai di sebuah kesimpulan: masa lalu adalah ilusi. Aku yang sekarang bukan lah aku di masa lalu. Mungkin aku pernah menjadi dia, tetapi dia bukan aku. Itu yang aku rasakan.


Alasan sebenarnya adalah aku melihat betapa berbedanya diriku dengan aku di masa lalu. Jika kalian menilai aku yang sekarang dengan apa yang aku perbuat di masa lalu, aku akan sangat keberatan. Banyak hal yang tidak bisa kumengerti dari perbuatanku di masa-masa itu. Tunggu, apa aku di esok hari juga akan mengatakan hal yang sama? Atau malah membuat kesimpulan yang jauh berbeda?

Bicara soal waktu, aku sempat membaca bahwa film “Tenet” menggambarkan bagaimana waktu itu berjalan. Ada komentar yang beriringan dengan rekomendasi film itu yang membuatku terganggu. Masa lalu, masa kini, dan masa depan sebenarnya berjalan seiringan. Hah? Ya, sulit dimengerti. Aku sendiri belum menonton, jadi tidak bisa banyak komentar. Tapi kejadian yang kualami ketika menghapus konten Facebook agaknya membuatku sedikit mengerti mengapa orang itu bilang begitu.

Jujur, beberapa detik yang lalu aku kembali membaca paragraf di atas dan sudah merasa bahwa aku mirip orang gila yang bicara tak karuan. Dipikir-pikir, memang tidak masuk akal. Orang itu juga menyinggung seperti itu, konsep ini sulit dipahami. Manusia diajarkan sejak kecil bahwa konsep waktu itu berjalan ke depan. Tidak pernah kudengar sebelumnya soal waktu yang berjalan beriringan. Menonton “Interstellar” saja sudah membuatku pusing, meskipun aku suka genre film yang tidak biasa seperti itu.

Aku juga punya alasan lain. Entah kenapa, aku banyak melupakan apa yang aku lakukan di masa lalu. Aku sudah menyadari soal ini ketika mulai kuliah. Aku hanya bisa mengingat hal-hal yang membuatku terkejut dan meninggalkan kesan yang kuat. Aku bahkan tidak bisa ingat wajahku sendiri. Ketika aku melihat data lama di Facebook, aku kaget bukan kepalang. Aku tidak menyangka banyak melewatkan hal, ataupun terlalu memperhatikan beberapa hal yang sebenarnya menurut aku yang sekarang, tidak penting. “Kenapa aku begini?” atau, “Ini beneran aku?” memenuhi segenap isi kepalaku pada pagi buta itu. Tak jarang juga aku menyesali beberapa keputusan dari aku di masa lalu. Di sisi lain, ini juga menunjukkan bahwa aku sudah banyak berubah dan belajar banyak hal. Namun, ada juga kok hal-hal baik yang terjadi di masa lalu. Aku bertekad untuk melakukan hal baik itu lagi sekarang. Salah satunya, ya, menulis seperti ini. Sangat menyenangkan untuk mengetahui pikiranku di masa lalu melalui celotehan alay dari status Facebook. Meskipun aku yang sekarang bukan aku yang dulu, tapi kami masih punya beberapa kesamaan. Entah itu adalah hal yang baik atau buruk, tulisan yang kubuat dapat menyegarkan kembali ingatanku yang semakin terbatas dimakan usia.

Tentu, tulisan ini sangat membingungkan untuk diresapi dalam-dalam. Tenang, kamu tidak sendiri. Kamu mungkin adalah aku di masa depan. Apakah kamu juga menganggap aku alay? Tidak masalah sebenarnya jika aku dianggap begitu. Yang penting kamu tidak mengulangi kesalahan yang masih aku lakukan hingga detik ini dan mengambil pelajaran.

Masa lalu atau masa depan itu tidak akan mengubah apa-apa. Bagaimana aku tetap berusaha untuk melakukan apa yang aku bisa pada masa kini tetap jadi yang terpenting. Karena seperti yang kamu tahu, kamu tidak bisa mengubah masa lalu atau masa depan. Akan tetapi, kamu bisa mengubah hari ini. Ya, kamu masih bisa.


You'll only receive email when they publish something new.

More from Kim Lobak
All posts