Ikut Ujian AWS CCP
November 20, 2024•1,786 words
Hari Rabu di bulan November 2024, aku bergelut dengan cuaca dingin pagi buta di musim hujan. Malam sebelumnya aku sempat tertidur setelah shalat Isya, bangun tiga jam kemudian. Setelah mondar-mandir mempersiapkan diri, tahu-tahu sudah jam 11 malam kurang sedikit.
Aku panik, sungguh! Belum belajar lagi materi CCP, alias Certified Cloud Practitioner. Beberapa bulan sebelumnya, tepatnya awal Juli tahun ini, aku memang sudah mengenal AWS melalui program belajar gratis AWS re/Start batch 9 yang bekerja sama dengan Orbit Foundation. Belajar hingga tiga bulanan setiap Senin-Jumat dari jam 9 pagi sampai 12 siang, lalu mati-matian menyelesaikan KC (Knowledge Check) dan Lab serta Challenge Lab di LMS Canvas AWS demi mendapatkan kupon ujian AWS CCP gratis. Alhamdulillah, aku berhasil melalui semuanya, meskipun nilai pengerjaan KC tidak sampai 100% karena aku tidak sanggup mengerjakan ulang KC yang terakhir.
Sistem KC ini agak unik, kira-kira 10 soal harus kita jawab, lalu kalau jawabanku salah akan muncul pop up bilang kurang lebih "Mohon maaf kamu salah menjawab," tapi tidak ada kunci jawaban. Kemudian di akhir diberitahu nilainya. Aku kan mengincar nilai sempurna, jadi harus terus mengulang sampai aku bertemu jawaban benarnya. Penderitaan ini bertambah di KC yang terakhir karena soalnya lebih dari 50. Mau nangis aja, deh, aku cuma sanggup mencoba sekali dan nilainya hancur. Hahaha.
Nah, setelah selesai belajar dari LMS Canvas AWS, aku kemudian belajar materi AWS CCP ini dari Youtube freecodecamp yang dibawakan oleh Andrew Brown dari Exampro. Aku mengikuti materi ujian AWS CCP yang terbaru, yaitu CLF-02. Durasinya 14 jam, dan butuh motivasi luar biasa buat terus mengikuti pelajaran. Maklum, penutur materi menggunakan bahasa Inggris. Meskipun aku sudah menyalakan CC subtitle, tetap saja sedikit "mengawang". Aku cuma sanggup mengikuti materinya sampai di jam ke-11, kurang lebih. Tentu saja butuh berhari-hari, ya. Alias stress banget, sih, banyak sekali yang harus aku hapalkan!
Ya, ini akibat setiap selesai kursus 3 jam di program AWS re/Start aku tidak langsung mengulas materi... hehehe. Sebaiknya jangan ditiru, ya. Jangan menyiksa diri kalian, jangan....
Setelah dari Youtube, aku pindah ke Udemy. Ada pemateri kursus AWS yang terkenal di sana, nama beliau Stephane Maarek. Beliau orang Perancis, jadi namanya dibaca /Stefan/, bukan /Stefani/, ya. Aku sendiri sempat mengira itu nama perempuan, ternyata bukan.
Alhamdulillah, setelah merasakan penderitaan belajar dari Youtube, melalui kursus di Udemy ini aku mulai bisa menangkap apa sebenarnya AWS. Jujur, memang butuh waktu lama sampai bisa di tahap, "Oh, ini maksudnya....." Aku bersyukur bisa mengikuti kursus lanjutan ini, pemahamanku mengenai AWS jadi semakin baik dibuatnya. Namun, saat mengerjakan kuis persiapan ujian, kok masih banyak yang salah, ya. Haha.
Saat itulah aku mengenal channel Youtube orang India bernama Sthithapragna. Beliau membagikan soal materi yang keluar di ujian AWS CCP sambil menjelaskan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Menurutku ini /gong/ banget, sih, soalnya aku betul-betul bisa 'paham banget' setelah mengikuti rangkaian video berisi soal-soal itu. Aku berhasil mengikuti pembahasan 600 soal dan mengerjakan kurang lebih 200 soal. Tentu saja lagi-lagi aku butuh berhari-hari, ya. Kenapa, sih, tidak bisa selesai dalam seminggu saja?
Mungkin karena aku merasa sedikit tertekan dan frustrasi, seminggu menjelang ujian aku malah sibuk menggulir laman X dan mencari info tentang cara bekerja di Jepang. Luar biasa! Gara-gara ini juga, malam tadi aku hampir gagal ikut ujian. Lho, kok bisa?
Awal mula masalah itu datang ketika waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB ketika aku dengan panik sedang melihat-lihat sedikit soal AWS CCP di channel Sthithapragna. Aku seharusnya sudah mulai check in dengan aplikasi onVue yang menyelenggarakan ujian online ini. Namun, entah kenapa aplikasinya seperti nge-lag dan lama sekali buat memuatnya. Waktu semakin berjalan, kira-kira setelah 15 menit aku bertengkar dengan laptop tuaku ini, aku menghubungi layanan chat onVue. Aku khawatir banget ya Allah tidak bisa tepat waktu untuk check-in.
Saran-saran dari pihak onVue sudah kulakukan, tapi masih saja tidak bisa muncul aplikasi onVue ketika aku klik terus. Akhirnya aku memutuskan untuk mulai ulang laptop yang kedua kalinya, dan waktunya itu sudah mepet banget. Pihak onVue bilang mau periksa dulu, siapa tahu bisa menjadwal ulang ujianku. Nah, alhamdulillah di saat genting seperti ini, keajaiban muncul. Ya Allah, akhirnya kebuka juga aplikasi onVue ini!
Jadi, ya, mungkin karena ada perbedaan antara "system run test" dengan "check-in" betulan, jadinya baru terasa aplikasi ini ternyata berat banget di laptop. Laptopku masih pakai penyimpanan HDD, jadi aku kira memang ini penyebab utamanya. Cuma aku tidak bilang ke pihak onVue, karena mereka sendiri tidak menjelaskan syarat minimum komputer yang digunakan, dan selama system run test, aplikasi tersebut menyatakan laptopku baik-baik saja dan bisa dipakai untuk ujian. Nyatanya, memang bisa laptopku dipakai mengerjakan ujian, tetapi butuh waktu loading aplikasi onVue yang betul-betul lama, lebih dari setengah jam. Mungkin ini yang harus teman-teman perhatikan jika ingin ambil ujian AWS melalui onVue, ya. Kalau belum bisa upgrade laptop, maka sebaiknya check-in satu jam sebelum jam ujian, biar aman dan tidak panik sepertiku.
Setelah pengecekan koneksi, waktu itu sudah sisa 3 menit sebelum jam ujian. Aku sempat bertanya di chat onVue apakah aku masih bisa ikut ujian. Naas, aku belum sempat melihat jawaban dia dan berterima kasih sudah mau menanggapi kepanikanku, koneksinya terputus ketika aku menggunakan ponsel adikku untuk scan barcode dari layar laptop. Nah, ini ada masalah lucu lagi!
Kamera depan ponsel itu rusak, jadi tidak bisa menampilkan gambar yang bagus. Ada semacam garis-garis di layarnya. Jadi intinya, ponsel itu tidak berfungsi dengan baik buat selfie. Tujuan selfie ini, kan, untuk mencocokkan wajah kita dengan wajah di KTP, ya, masa ada garis-garisnya? Jadi aku buru-buru mengambil ponsel ibuku di kamar. Alhamdulillah, akhirnya bisa terfoto wajahku dari kamera depan, juga terfoto bagian depan, belakang, kiri, dan kanan ruangan di mana meja tempat laptopku berada--yang ini dengan kamera belakang dan mode landscape.
Aku sempat lupa buat menyalakan nada dering ponsel adikku, siapa tahu pihak onVue butuh telepon. Ponsel itu tidak boleh ada di jangkauan kita, jadi kalau posisinya di mode sunyi, bagaimana kita tahu kalau pihak onVue tengah menelepon kita? Aku buru-buru menghampiri kursi untuk mengganti mode sunyi ponsel ke mode bunyi. Eh, setelah kembali ke depan layar, tahu-tahu proctor ujian sudah tersambung denganku.
Asli, aku grogi parah pas bagian ini!
Proctor ujianku ini seorang laki-laki bernama Jose. Aku tidak menghapal nama belakangnya. Wajah dia tidak tampak, hanya ada pop up berisi perkenalan nama dan fitur yang memungkinkan kita untuk chat dengan teks. Suaranya tegas, dalam, dan sepertinya agak tertekan begitu mengetahui kalau pendengaranku kurang bisa menangkap kecepatan bicaranya yang biasa. Aku sempat bingung mana yang benar antara "slower" dan "slowly", akhirnya aku pilih "Can you speak slowly?" Hahaha. Lucu banget sumpah, bisa-bisanya mikirin grammar dulu?
Alhamdulillah, beliau pengertian. Aku sempat kebingungan parah, berusaha mencerna setiap kata-katanya yang tentu saja tidak ada subtitle langsung kala itu. Ini lah akibatnya Bunda, kalau anaknya terlalu bergantung dengan subtitle.
Jose memintaku untuk menunjukkan seisi ruangan. Aku ujian di ruang tamu, ya, karena di situlah letak router WiFi SIM card-ku berada. Aku belum punya kabel LAN, jadi mengandalkan jam tengah malam yang biasanya memang jaringan internet Tri lagi bagus-bagusnya. Aku pakai webcam USB merek Jovitek (bukan iklan), jadinya yang kugerakkan memutar seluruh ruang tamu adalah kamera webcam, bukan webcam bawaan laptop.
OnVue memang punya persyaratan yang cukup ketat untuk ujian online. Di meja cuma boleh ada laptop, mouse, kartu identitas, webcam yang sudah terpasang--sebelum membuka aplikasi onVue agar bisa dideteksi oleh sistem. TIdak boleh ada alat tulis, ponsel, dan penghuni meja lain. Aku pakai mouse pad warna pink yang sudah kumuh dan bantal duduk berwarna biru yang plastiknya masih menempel karena aku bingung cara mencucinya, syukurnya tidak dilarang Jose. Aku tidak ada kursi ergonomis, dan mejaku tipe meja belajar berkaki pendek, jadi duduknya di atas karpet bulu abu-abu. Laptop harus tersambung dengan charger, karena kita tidak diizinkan untuk meninggalkan layar laptop demi mengisi ulang daya baterai laptop. Ancamannya kalau sampai wajah kita hilang dari jangkauan webcam adalah ujian dinyatakan gagal dan tidak ada pengembalian dana. Tidak boleh ada suara berisik juga, dan harus dipastikan bahwa aku sendirian, tidak ada siapa-siapa lagi di sini. Jose juga memintaku menunjukkan tanganku untuk mengecek apakah aku pakai jam tangan. Iya, kita tidak boleh pakai jam tangan juga! Bukan masalah karena waktu ujian terpampang di layar aplikasi onVue nantinya.
Aksen Jose ini sepertinya American English. Alhamdulillah aku memang lebih familiar dengan aksen ini. Akan tetapi aku sering banget mengulang kata-kata Jose, memastikan apa yang kudengar itu betul apa yang dia bilang. Meskipun beberapa kali aku salah tangkap, akhirnya proses check-in sebelum ujian itu selesai juga. Jose ini orang sabar, untungnya, dan berusaha bicara sesuai level pendengaran bahasa Inggrisku yang lumayan payah. Hehe, terima kasih banyak, Jose.
Jose langsung menghilang begitu dia sudah memastikan aku sudah melihat soal AWS muncul di layar laptop. Jadi, yang ada di layarku sekarang adalah soal AWS dan jendela kecil berisi pratinjau wajahku yang tertangkap oleh kamera webcam. Lega semuanya berjalan lancar, karena kudengar dari teman-teman seangkatan beberapa ada yang mengalami kendala saat check-in akibat proctor onVue-nya yang kadang sangat ketat dan membuat proses check-in jadi lama. Kini tinggal otakku, deh, yang sekarang rasanya loading lama, alias lola.
Soal ujian AWS CCP dengan kode CLF-02 ini rasanya kok, susah sekali. Aku langsung menyesal karena lebih banyak membuka laptop untuk menggulir laman X dan bermain Mobile Legends belakangan ini. Huhu, aku tiba-tiba lupa perbedaan AWS Config dengan AWS CLoud Trail, aku tidak ingat apakah ada fitur AWS yang namanya sekarang pun aku sudah lupa. Soal dengan dua jawaban juga cukup menyusahkan, Ya Allah. Total ada 11 pertanyaan yang aku beri tanda bendera agar bisa ditinjau ulang, dari total 65 soal. Aku meninjau semua soal sekali, lalu meninjau soal dengan tanda bendera sekitar dua kali. Waktu yang diberikan adalah 130 menit--normalnya 100 menit, tapi sebagai penutur bahasa Inggris bukan sebagai bahasa pertama, aku bisa meminta akomodasi tambahan waktu 30 menit, di menit ke 70-an aku pun mengakhiri sesi meninjau jawaban soal ujian.
Setelah itu, aku diminta untuk mengisi survey terkait dengan ujian AWS CCP. Survey ini berlaku 5 menit, ya, jadi jangan lama-lama! Bisa-bisa ujiannya jadi gagal gara-gara kelamaan isi survey. Setelah itu, ujian pun berakhir, dan kemudian muncul pengumuman bahwa aku lulus ujian. Nilai ujian sendiri baru muncul dalam 5 hari kerja. Pengumuman itu tidak boleh direkam atau difoto karena dianggap melanggar peraturan AWS.
Alhamdulillah ya Allah, perjuangan dari belajar mandiri terbayarkan banget. Aku tiba-tiba merasa lapar setelah itu, dan langsung makan martabak mie 3 potong. Masih lapar pula, aku gadoin kerupuk dan minum kopi. Betul-betul pengalaman yang melelahkan badan dan pikiran.
Akhirnya aku bisa mulai main Mobile Legends lagi, hehe. Puas banget ternyata bisa meraih sesuatu setelah berjuang lama. Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah.
Baiklah, segitu dulu pengalamanku! Aku berencana memasukkan dokumentasiku selama belajar di akun ini. Belajar apa? Apa saja boleh, sih, yang penting aku catat agar bisa memantau perkembangan diri. Cukup menyesal malas-malasan belajar AWS kemarin, kalau bisa jangan sampai aku ulangi lagi, deh. Hehe. Sampai jumpa, semua~!