Dibalik kesulitan ada kemudahan

Saya cerita dari kejadian tadi pagi. Pagi tadi saya memarahi anak saya. Ceritanya begini. Anak saya minta main game: Super Mario Kart. Saya install di hape Samsung M23 dan Tablet Galaxy Tab S8+. Aturan saya, setiap mau main game, dia harus belajar (ngaji) dulu. Belajarnya adalah membaca Iqro. Dia sampai Iqro 4. Saya suruh baca, baris 1-2 lancar, karena mengikuti saya. Dua baris menjelang terakhir, saya minta dia semua yang membaca dan harus benar. Tidak ada yang benar. Alih-alih, dia melihat TV daripada membaca Iqro' nya. Saya juga marah. Saya persilahkan dia main game tanpa belajar. Dia tambah marah dan ngambek (bukannya tambah senang karena gak perlu belajar untuk main game).

Barusan saya sadar, kenapa kita, termasuk anak saya, lebih suka "bermalas-malasan" daripada bekerja keras. Main itu have fun, sedikit usaha, banyak sukanya. Belajar, bekerja, membaca itu perlu usaha ekstra. Membaca buku lebih susah daripada membaca medsos, apalagi membaca berita. Membaca berita, apalagi gossip itu terasa menyenangkan karena tidak ada usaha otak disitu. Sebaliknya, membaca buku analitik, apalagi matematika, terasa berat karena otak harus bekerja maksimal. Berbahagialah orang-orang yang suka membaca, suka mengerjakan matematika, apalagi mengerjakan soal-soal rumit. Mereka bisa bahagia ditengah kerja keras otak meraka.

Persoalan di atas seperti halnya olahraga. Orang akan lebih suka tidur bermalas-malasan daripada jogging. Disisi lain, beberapa orang justru bisa menikmati jogging. Mereka tetap jogging di malam hari, di waktu subuh, saat hujan, atau saat panas-panasnya. Merekalah orang-orang yang sudah membiasakan dirinya untuk menyukai dan menikmati saat tubuh atau otak mereka bekerja. Seperti dikatakan di sebuah kitab suci, dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Mereka mempersulit diri untuk mendapatkan kemudahan. Kemudahan itu bisa berupa kesehatan, baik jasmani maupun rohani.


You'll only receive email when they publish something new.

More from Bgs Trs
All posts