Memilih Cemilan
February 24, 2022•818 words
Apa cemilan kesukaanmu? Ada orang yang mewajibkan diri membeli cemilan yang bikin kenyang. Ada yang sedang dalam budget ketat sehingga hanya melihat cemilan yang sedang diskon. Ada yang lebih suka asin dan akan menolak cemilan manis. Ada yang hanya ingin makan cemilan yang dia makan seumur hidupnya. Ada yang lebih suka mencoba cemilan baru. Ada yang harus melihat daftar komposisi baru bisa memutuskan untuk membeli. Masih banyak jenis ada yang lainnya. Aku sudah pernah mengalami semua di atas. Untuk sekarang, aku termasuk di tipe yang terakhir.
Aku sudah lama tahu bahwa apa yang masuk ke usus kita akan memengaruhi seluruh kerja organ tubuh. Kebanyakan gula, misal, akan sangat merugikan jika dilakukan untuk waktu yang lama. Ada juga yang namanya alergi. Alergi gluten--yang mudah ditemukan di produk tepung, alergi susu, hingga alergi kacang-kacangan; semakin tahu alergi kita, semakin baik. Aku sendiri menghindari makan makanan yang dikemas oleh pabrik. Kenapa?
Makanan dari pabrik banyak mengandung bahan artifisial. Dari pewarna, perasa, hingga pengawet. Makanan yang nyata, misal makanan rumahan yang dijual di warteg dan restoran, jauh lebih aman daripada makanan pabrik. Jika sedang terjadi bencana, tentu makanan pabrik sangat berguna. Tetapi untuk sehari-hari dan jangka panjang, aku sudah banyak mendengar larangan untuk makan itu jika tidak mau terserang penyakit macam-macam nanti. Kalau sesekali masih tidak apa. Prinsip dalam kesehatan itu akan selalu sama. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Ketika lapar, cemilan menjadi hal yang terlihat enak dimakan. Tidak seberat nasi, namun memberi efek yang sama seperti makan nasi. Nikmat makan dan mengisi perut. Aku sering mengatakan kepada diri sendiri, “Jangan habisin kuenya sekaligus!” Tentu saja, tidak pernah berhasil. Jauh lebih efektif bila aku tidak membeli sama sekali.
Aku suka cemilan. Tapi biasanya sering merasa menyesal setelah makan. Jadi, jika aku beli cemilan kemasan, aku selalu memelototi bagian belakang kemasan. Aku selalu memastikan kandungan gula tidak melebihi 20g per takaran saji. Sayangnya, jarang sekali cemilan manis yang bisa memenuhi syarat itu. Biasanya cemilan asin saja yang rendah gula. Tetapi, cemilan asin punya kadar sodium yang tinggi. Seperti mie contohnya. Aku selalu berjerawat setelah makan mie. Kalau makan mie yang harus dimasak dengan bumbu sendiri, masih mending. Berbeda dengan mie seperti Indomie, ada saja efek di tubuh setelah usai makan. Aku pun sudah cukup lama menahan diri agar tidak tergoda dengan Indomie. Mungkin karena sudah tidak sering makan itu lah, aku merasa rasa bumbu mie tidak seenak yang aku ingat.
Tadi malam, aku tertarik untuk beli kacang di Indomaret. Tapi sayang, tidak ada label harga. Aku menimang-nimang, lalu akhirnya membeli produk lain yang ada tulisan harganya. Begitu sampai di kasir, aku tertegun melihat persediaan kurma di sampingku. Aku pun berlari mengembalikan kacang ke rak semula. Aku kembali mempertimbangkan apakah beli kurma lebih baik daripada kacang. Sambil melihat mana yang paling murah, aku berpikir cukup lama tentang gizi dalam kurma.
Kurma adalah buah yang kering. Tidak seperti pisang yang harus langsung dimakan kurang dari seminggu, kurma bisa disimpan dalam suhu ruang dengan baik. Dengan harga yang sama dengan kacang pun, aku merasa kurma akan lebih lama habisnya karena cukup makan satu langsung terasa kenyang. Kurma juga manis. Aku tidak bisa makan banyak makanan manis dalam satu waktu. Dengan berbagai pikiran seperti itu, aku memutuskan untuk beli kurma. Yey. Aku harap bisa awet paling tidak dua minggu. Dengan begini, kan, aku bisa berhemat. Hahaha. Bayangkan jika aku beli cemilan asin yang kusuka. Biasanya dalam sehari akan ludes tanpa sisa. Tidak tidak, setengah jam pun bisa. Sesenang itu lah aku ketika makan cemilan. Jariku mampu untuk mengambil cemilan dan menyuapi mulut tanpa menunggu perintah dari otak dahulu. Ketika aku sadar, hanya tersisa bungkusnya saja.
Sebenarnya sudah lama aku ingin membeli cemilan buah kering yang banyak dijual di toko daring. Tapi aku merasa harga yang ditawarkan terlalu mahal. Tentu dalam standar pribadiku. Aku pun memilih minum air jika begitu. Sangat pilih-pilih, ya? Menurut diriku, lebih baik membeli sesuatu yang masih terjangkau atau tidak sama sekali. Tidak ada gunanya memaksakan diri membeli sesuatu yang ada di luar jangkauan keuangan pribadi. Bisa repot nanti di masa depan. Menolak rasa yang pernah kamu coba itu lebih berat.
Apa yang penting untukku saat ini adalah kesehatan. Tidak berlebihan makan makanan dan cemilan adalah salah satunya. Aku tidak mau terkena penyakit yang diakibatkan pilihan makanan yang buruk ketika muda. Makanan baik juga bukan lah makanan yang mahal. Cukup perhatikan nilai gizi dan jumlah yang pas. Telor adalah salah satu makanan super yang tersedia dalam harga merakyat.
Seharusnya jika semua makanan yang masuk adalah baik dan tidak berlebihan, maka tubuh juga akan bekerja dengan baik pula. Kalau tiba-tiba ada muncul jerawat, gatal-gatal, sakit perut, atau lainnya ketika makan sesuatu, dapat dipastikan itu alergi. Jika ada kesempatan untuk berkunjung ke dokter demi memastikan alergi, tentu lebih afdol. Pencetus alergi lebih baik dihindari. Tentu demi tidak merepotkan tubuh yang berusaha keras untuk membuang zat-zat tidak berguna dari makanan untuk kita. Bagaimanapun, organ tubuh kita tidak bisa seenaknya diganti dan diperbaiki seperti suku cadang elektronik.